Imam Asy Syatibi menyatakan: “Munculnya perpecahan dan
permusuhan sesama Muslim ketika muncul kebid’ahan.”
Begitupun Ibnu Taymiah pernah berkata, “Bid’ah itu identik
dengan perpecahan, sebagaimana sunnah identik dengan
persatuan.”
Siapa sesungguhnya biang kerok kerusakan agama dan negara, sehingga masyarakat terus menerus dirundung nasib tragis? Ada dua faktor utama sebagai penyebabnya:
Pertama, kerusakan agama dipicu oleh sikap ulama. Krusakan agama yang diproduksi oleh ulama, tokoh agama, adalah memasukkan unsur bid’ah sebagai bagian dari ajaran agama.
Membangkitkan ajaran Syiah yang menghalalkan mencerca sahabat Nabi Saw dan menista istrti beliau adalah produksi ulama. Munculnya Ahmadiyah dengan ajaran, “ada nabi setelah Nabi Muhammad” adalah kerjaan ulama.
Ulama lah yang mencarikan dalil untuk membenarkan kesesatan masyarakat maupun kezaliman penguasa. Berbuat sesat tapi punya alasan menggunakan dalil agama, tidak mungkin dilakukan orang awam, melainkan ulama. Merekalah yang menyampaikan soal-soal keagamaan yang keluar dari ajaran kitab suci, karena merasa punya otoritas religius.
Bid’ah merupakan salah satu problem pokok dalam Islam. Karena bid’ah lah, berapa banyak darah tertumpah akibat saling membunuh sesama muslim. Bagaimana kelompok khawarij menumpahkan darah khalifah Utsman bin Affan. Kekompok Syiah menumpahkan darah kaum muslim dan memicu permusuhan di negara-negara Islam. Beberapa waktu lalu di Jawa Timur muncul Banser dan Anshar menurunkan bendera yang mengajak menegakkan khilafah, dengan alasan anti Pancasila. Sementara mereka tidak bereaksi ketika PKI muncul dengan kaos bergambar palu arit, padahal PKI adalah pemberontak terhadap NKRI. Bahkan mereka ikut dalam acara sesat Syiah.
Perbuatan bid’ah dilindungi dan dibela oleh ulama dan penguasa. Bid’ah lawannya Sunnah.
Kedua, kerusakan negara dilakukan oleh penguasa dengan memproduksi kezaliman. Untuk menguatkan kezalimannya, penguasa membutuhkan bantuan ulama. Kolaborasi ulama su’ dan penguasa zalim, sangat berbahaya bagi kepentingan rakyat.
Berkembangnya opini mungkar, “hubbul wathan minal iman (cinta tanah air adalah bagian dari iman” datangnya dari ulama. Begitupun munculnya pernyataan sesat yang membenarkan muslim mengangkat pemimpin kafir, “Pemimpin kafir yang jujur lebih baik dari pemimpin Muslim yang korup” adalah produk ulama bejat. Bahkan tidak segan memanipulasi pendapat ulama lain untuk menguatkan kesesatannya.
Wallahu a'lam bishowab
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Silahkan komentar yang santun, karena itulah pribadi anda sebenarnya.