nu1926

WAHABI : Stigma menghentikan dakwah - wahabi(3)



Surat edaran asli (kiri) dan surat edaran palsu (kanan)
Oleh: Dr. Slamet Muliono
Belakangan ini, kata-kata “Wahabi” menjadi sebuah isu sentral dan wacana yang terus menerus digulirkan oleh sekelompok masyarakat yang merasa terancam eksistensinya. Bahkan wahabi diciptakan sebagai kelompok yang harus dihadapi bersama karena mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara.


Di Indonesia, awal mula yang memproduksi gerakan bersama melawan Wahabi adalah kelompok Syiah. Dalam berbagai kesempatan termasuk di media sosial, Syiah mengajak kaum muslimin untuk bersatu melawan Wahabi. Identitas yang dilekatkan kepada Wahabi adalah mereka yang tidak toleran terhadap budaya lokal, pemikiran dan perilakunya radikal terhadap pihak-pihak yang berbeda.
Seiring dengan perjalanan waktu, dan ini yang sangat unik, identitas Wahabi disematkan kepada sekelompok orang yang tidak melakukan tradisi yang dianggap bagian dari Islam, seperti tahlilan, istighosah dan sejenisnya. Bahkan di beberapa wilayah pinggiran selatan di Jawa Timur, orang yang tidak mengikuti tahlilan dianggap aneh dan tidak bisa menyatu dengan masyarakat, sehingga mengakibatkan masyarakat mengucilkannya.
Penggunaan istilah wahabi terus direproduksi bukan hanya menunjukkan kekalutan dan kekhawatiran karena kehilangan penganut, tetapi sudah pada tahap hilangnya akal sehat. Akibat dari kekhawatiran dan hilangnya akal sehat itu, melahirkan sebuah langkah konyol dan pandir.
Salah satu contoh langkah konyol dan pandir berupa beredarnya sebuah surat yang mengatasnamakan Kementerian Agama Propinsi Jawa Barat untuk bersikap waspada dan hati-hati terhadap ajaran Wahabi Salafi ekstrim. Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa KH. Athian Ali menghimpun dana di Masjid Al Fajr Cijagra untuk membiayai kegiatan pengiriman ISIS warga Bandung ke Timur Tengah. Namun pihak Kementerian Agama Jawa Barat cepat membantah mengedarkan surat tersebut. Drs. H. A Buchori, MM, Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Jawa Barat, menyatakan bahwa surat edaran itu palsu dan tidak benar dengan beberapa alasan.
Pertama, kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Jawa Barat tidak pernah menerbitkan Surat edaran tentang Kewaspadaan Terhadap Ajaran Wahabi Salafi Ekstrim di wilayah Kota Bandung dan sekitarnya pada tanggal 22 April 2015.
Kedua, setelah dicek pada buku Agenda Surat Keluar tanggal 22 April 2015 dan arsip surat yang ada pada kami dengan nomor: Kw.10.1/2/Kp.04.2/2195/2015 adalah Surat Edaran tentang Himbauan Cuti Bersama / Kegiatan di Luar Kantor dalam Rangka Peringatan Konferensi Asia Afrika ke-60 Tahun 2015 di Bandung.
Ketiga, isi surat Nomor Kw.10.1/2/Kp.04.2/2195/2015 tanggal 22 April 2015 yang telah dikeluarkan Kanwil DIPALSUKAN oleh pihak yang tidak bertanggungjawab dengan Surat Edaran Tentang kewaspadaan Terhadap Ajaran Wahabi Salafi EKstrim di Wilayah Kota Bandung dan Sekitarnya. (fokusislam 5/12/2015)
Kasubag Informasi Masyarakat (Inmas) Kantor Wilayah Kementrian Agama Jawa Barat  Drs. H Abdurrahim M.Ag. menyatakan bahwa ada politik adu domba di antara umat Islam. Mereka ingin mengadu domba Kemenag), Kyai Athian, dan terutama umat Islam (Alhikmah.co. Jumat,4/12/2015). Pihak Kemenag Jabar tidak pernah mengeluarkan surat edaran yang berisi ihwal mewaspadai pengajian KH Athian. Bahkan, Kemenag Jabar menghormati KH Athian Ali sebagai tokoh Islam Bandung.
Pengusung politik adu domba seringkali mengidentikkan Wahabi dengan ideologi yang diimpor dari Saudi, lengkap beserta kurikulumnya sehingga membuat para pelajar  rentan dengan kegiatan terorisme. Tuduhan ini dibantah oleh penyelenggara pendidikan di Arab Saudi, yakni Universitas Islam Al-Imam Muhammad bin Saud. Pihak Universitas, Syaikh DR Fauzan bin Abdurrahman Al-Fauzan, menyatakan bahwa universitas merupakan bagian integral dari komunitas. Jika satu atau dua pelajar kami memiliki pandangan ekstremis itu tidak berarti semua pelajar pria dan wanita yang berjumlah 200.000 juga melakukannya.
Dia menyayangkan bahwa banyak sekali pihak yang ingin mencoreng Arab Saudi dengan kasus-kasus terorisme. Padahal universitasnya justru memerangi tindakan dan pemikiran yang sangat merusak ini. Hal ini juga ditegaskan Mufti Arab Saudi bahwa Islam tidak butuh pandangan yang ekstrim dalam menyebarkan Islam. Dia menuturkan bahwa agama Islam diturunkan sebagai panduan, sehingga bisa membantu sesama manusia, dan mencegah kejahatan serta menghindarkan pembunuhan orang-orang yang tak bersalah. Sehingga Islam tidak pantas  disebarkan melalui kekerasan dan pandangan ekstremisme. (fokusislam. 26/11/2015)
Kekhawatiran terhadap wahabi bukan hanya menimpa Indonesia, tetapi menjadi kekhawatiran dunia. Apa yang disampaikan oleh gerakan dakwah yang diidentikkan dengan Wahabi begitu berpengaruh secara signifikan dalam diri seorang muslim dalam memegang teguh ajaran Islam. Kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah sebagaimana yang dipahami oleh tiga generasi utama (Sahabat, Tabi’in, Tabiut Tabi’in) telah menyuntikkan sebuah spirit baru akan kebangkitan Islam.
Hal ini menjadi sebuah gema yang menggetarkan hati serta membelalakkan pihak-pihak yang selama ini hanya bermain-main dengan Islam. Wahabi mengajarkan dan mengajak umat Islam melaksanakan ajaran Islam secara benar yang bersumber dari Nabi. Sementara umat Islam Indonesia sudah menyebar tradisi-tradisi yang dianggap bagian dari Islam. Masyarakat awam sudah terbiasa melakukan itu secara turun temurun, dan sekelompok elite agama merasa nyaman dengan tradisi agama yang mendatangkan manfaat dan keuntungan duniawi. Oleh karena itu, sangat wajar apabila kemunculan gerakan dakwah dihadang dengan berbagai cara dan diciptakan sebuah stigma “wahabi.” Stigma wahabi adalah sebuah upaya untuk menghentikan langkah dakwahnya yang dianggap “menutup akses” sekelompok elite agama dalam menikmati keuntungan dan kenikmatan duniawi.
*Penulis adalah Dosen UIN Sunan Ampel dan STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya
Komentar : Isu sentral wahabi semakin kencang karena mendapat dukungan tokoh-tokoh yang mengaku "aswaja", sungguh sebuah ironi di masyarakat saat ini. Kenapa ?

Wallahu a'lam bishowab


http://fokusislam.com/1632-wahabi-ekstrim-sebuah-stigma-untuk-menghentikan-dakwah.html

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Silahkan komentar yang santun, karena itulah pribadi anda sebenarnya.