nu1926

Saat KH. Hasyim Asy’ari Menyuruh Santrinya Membantu KH. Ahmad Dahlan


Berbicara tentang Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, tak bisa lepas dari peran para pendiri masing-masing organisasi Islam terbesar di Indonesia itu, yaitu KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Ahmad Dahlan. Jauh dari kesan yang selama ini terbangun di antara sebagian para pengikut dan penerus perjuangan NU dan Muhammadiyah, hubungan kedua ulama besar itu ternyata tidak buruk, bahkan penuh persaudaraan dan persahabatan.

Alkisah, menurut keterangan salah seorang pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, Yahya Cholil Staquf, pada suatu hari di awal abad ke-20, salah seorang santri datang ke Pesantren Tebuireng untuk mengadu. Santri itu bernama Basyir. Ia berasal dari kampung Kauman, Yogyakarta. Kepada Hadlratusy Syaikh Hasyim Asy’ari, santri Basyir mengadu tentang seorang tetangganya yang baru pulang dari mukim di Makkah, yang kemudian membuat odo-odo “aneh” sehingga memancing kontroversi diantara masyarakat di kampungnya.

“Siapa namanya?” tanya KH. Hasyim Asy’ari.
“Ahmad Dahlan,” jawab Basyir.
“Bagaimana ciri-cirinya?” tanya KH. Hasyim Asy’ari lagi.
Lalu, santri Basyir menggambarkan cirri-cirinya.
“Oh! Itu Kang Darwis!” kata Hadlratusy Syaikh berseru gembira.
Ternyata KH. Hasyim Asy’ari telah mengenal KH. Ahmad Dahlan yang disebut santri Basyir telah membuat odo-odo ‘aneh’. KH. Hasyim Asy’ari mengenalnya dengan nama Darwis. Teman semajlis dalam pengajian-pengajian Syaikh Khatib Al Minangkabawi di Makkah. Mengikuti tradisi ganti nama bagi orang yang pulang dari Tanah Suci, pemilik nama kecil Muhammad Darwis itu pulang ke tanah Jawa dengan menggunakan nama Ahmad Dahlan.
“Tidak apa-apa”, kata Hadlratusy Syaikh, “yang dia lakukan itu ndalan (ada dasarnya). Kamu jangan ikut-ikutan memusuhinya. Malah sebaiknya kamu bantu dia.”

Mengikuti nasehat kyainya, santri Basyir pun patuh. Ketika kemudian KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, Kyai Basyir adalah salah seorang tangan kanan utamanya.
Belakangan, salah seorang putera Kyai Basyir yang bernama Ahmad Azhar terpilih sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah menggantikan KH. AR Fahruddin, pada tahun 1990-1995. Namanya populer dengan KH. Ahmad Azhar Basyir, MA.
[teronggosong.com/Tim Muslimdaily] 
 
Bandingkan dengan "ulama" sekarang.
 
Wallahu a'lam bishowab.
 
Source : http://www.muslimdaily.net/artikel/saat-kh-hasyim-asyari-menyuruh-santrinya-membantu-kh-ahmad-dahlan.html

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Silahkan komentar yang santun, karena itulah pribadi anda sebenarnya.