nu1926

Wahhabi dan Salafi (Kerancuan Buku Pintar berdebat dengan Wahhabi)

Didalam buku pintar berdebat dengan Wahhabi yang ditulis oleh Muhammad Idrus Ramli bersama LBM NU Jember, penggunaan istilah Wahhabi dan Salafi dipakai secara tumpang tindih. Padahal fokus utama buku tersebut adalah wahhabi.

1. Ngalap barokah
Dimulai dengan membahas sosok Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al Sa'di dikenal Syaikh Ibnu Sa'di yang dikatakan sebagai ulama Wahhabi yang ekstrem namum terkadang mudah insyaf dan mau menerima kebenaran. Seorang yang sangat alim dan pakar tafsir. Tafsirnya (Al Karim Al Rahman fi Tafsir Kalam Al Mannan) ada yang menyamai tafsir Al Jalalain dikalangan kaum Sunni. "Akan tetapi sayang, ideologi wahhabi yang diikutinya berpengaruh terhadap paradigma pemikiran beliau. Aroma Wahhabi sangat kental dengan tafsir yang ditulisnya."
Penulis telah menyimpulkan Syekh Ibnu Sa'di sebagai seorang wahhabi yang ekstrem, bukan kaum Sunni. Wahhabi bukan Sunni.

2. Allah maha suci
Menguraikan dialog seorang sunni dan seorang wahhabi, penulis tidak menjelaskan siapa yang berdialog tersebut.
Yang  berikutnya dialog kisah Al-Imam Al-Hafizh Ahmad bin Al-Siddiq Al-Ghumari ("ulama Maroko dan wahhabi tunanetra") dengan tiga ulama terhebat wahhabi. Dari "wahhabi tunanetra" menjadi "tiga ulama terhebat wahhabi", apa ketiga ulama wahhabi tersebut tunanetra ? .
Apakah dialog ini memang terjadi atau hanya khayalan semata. Wallahu a'lam.
Juga ada kisah Syaikh Al-Sanqithi dan wahhabi tunanetra, dimana wahhabi tunanetra kalah debat dengan Syaikh Al-Sanqithi masalah majaz dalam Al-Qur'an. Wahhabi tidak mengakui majaz dalam Al Qur'an.
Selanjutnya masalah ta'wil, di awal tulisan membahas kaum wahhabi tidak memiliki dasar ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan. Di tengah tulisan ketika membahas masalah debat dengan seorang Salafi, penulis menyamakan Wahhabi dengan Salafi ("Wahhabi atau Salafi"). Wahhabi=Salafi 
3. Bid'ah Hasanah
Penulis membanding pengertian 2 hadist berikut :

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan (HR. Muslim no. 867)

مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikitpun.” (HR. Muslim no. 1017)

dengan menafsirkan "suatu amalan kebaikan" sebagai bid'ah hasanah yang belum pernah ada di jaman Rasulullah dan belum pernah di contohkan. 


Sholat tercepat di dunia


Setiap menghadapi bulan suci ramadhan yaitu bulan yang paling dinantikan umat islam sedunia (yang beriman), kita juga disuguhkan oleh "perlombaan" . Dikatakan perlombaan karena di negeri yang umat islam terbesar di dunia ini sudah keluar fatwa resmi  untuk melakukan ritual sholat cepat.  Dan tentu saja pemegang rekor sholat tercepat di dunia ada di negeri ini. Kilat hanya 25 detik.

Para ulama "intern NU" sendiri tidak berusaha meluruskan ritual sholat gaya baru ini. Tetapi justru "membela" dengan menerbitkan panduan sholat cepat.


 “Sungguh sejahat-jahatnya pencuri dari kalangan manusia adalah orang yang mencuri shalatnya.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud mencuri shalatnya?” Beliau Saw berkata, “Ia tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya. Dan sungguh orang yang paling pelit (kikir) adalah orang yang pelit mengucapkan salam. (HR. Thabrani & Hakim)

Rasulullah menyebutnya dengan istilah “pencuri yang paling jahat” bagi muslim yang tidak menyempurnakan shalatnya. Tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya. Kita sering marah ketika ada seseorang yang mencuri sandal kita, terlebih lagi jika kita yang menjadi para pencuri shalat karena tergesa-gesa dan tidak menyempurnakan shalat baik dalam rukuk, sujud maupun salamnya.

Dalam redaksi Ahmad & ath-Thayalisi, Dari Abu Hurairah radhiallahu’ anhu berkata: “Kekasihku Rasulullah sallalloohu ‘alaihi wa sallam melarangku bersujud dengan cepat seperti halnya ayam yang mematuk makanan, menoleh-noleh seperti musang dan duduk seperti kera.” Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwasanya tergesa-gesa dalam melaksanakan shalat adalah sebuah kesalahan dalam menjalankan shalat. Siapa saja yang mencuri shalat, maka amal ibadahnya menjadi sia-sia di mata Allah. Lebih dahsyat lagi, orang yang mencuri shalat dianggap tidak beragama,
 “Kamu melihat orang ini, jika dia mati, maka matinya tidak termasuk mengikuti agama Muhammad SAW, dia menyambar shalatnya seperti burung elang menyambar daging.” (HR. Ibnu Huzaimah).



Jadi semakin cepat anda sholat maka anda semakin jahat sebagai pencuri. Dan jangan coba-coba menjadi sejahat-jahat pencuri meski sudah ada panduannya. Karena "panduan" ini sepertinya akan mengarah kepada pengkaburan ritual sholat menjadi cukup mengingat ("ma'rifat") saja, tidak report-report.

Wallahu a'lam bishowab

Aswaja Tempo Doeloe dan Sekarang

* Hukum Tahlilan

Muktamar NU ke-1 di Surabaya tanggal 13 Rabiuts Tsani 1345 H/21 Oktober 1926

Mencantumkan pendapat Ibnu Hajar al-Haitami dan menyatakan bahwa selamatan kematian adalah bid’ah yang hina namun tidak sampai diharamkan dan merujuk juga kepada Kitab Ianatut Thalibin.


Namun Nahdliyin generasi berikutnya menganggap pentingnya tahlilan tersebut sejajar (bahkan melebihi) rukun Islam/Ahli Sunnah wal Jama’ah. Sekalipun seseorang telah melakukan kewajiban-kewajiban agama, namun tidak melakukan tahlilan, akan dianggap tercela sekali, bukan termasuk golongan Ahli Sunnah wal Jama’ah.


Di zaman akhir yang ini dimana keadaan pengikut sunnah seperti orang ‘aneh’ asing di negeri sendiri, begitu banyaknya orang Islam yang meninggalkan kewajiban agama tanpa rasa malu, seperti meninggalkan Sholat Jum’at, puasa Romadhon,dll.

Sebaliknya masyarakat begitu antusias melaksanakan tahlilan ini, hanya segelintir orang yang berani meninggalkannya. Bahkan non-muslim pun akan merasa kikuk bila tak melaksanakannya. Padahal para ulama terdahulu senantiasa mengingat dalil-dalil yang menganggap buruk walimah (selamatan) dalam suasana musibah tersebut.


Dari sahabat Jarir bin Abdullah al-Bajali: “Kami (para sahabat) menganggap kegiatan berkumpul di rumah keluarga mayit, serta penghidangan makanan oleh mereka merupakan bagian dari niyahah (meratapi mayit)”. (Musnad Ahmad bin Hambal (Beirut: Dar al-Fikr, 1994) juz II, hal 204 & Sunan Ibnu Majah (Beirut: Dar al-Fikr) juz I, hal 514)
 
MUKTAMAR I NAHDLATUL ULAMA (NU) KEPUTUSAN MASALAH DINIYYAH NO: 18 / 13 RABI’UTS TSAANI 1345 H / 21 OKTOBER 1926 DI SURABAYA

TENTANG KELUARGA MAYIT MENYEDIAKAN MAKAN KEPADA PENTAKZIAH
TANYA :

Bagaimana hukumnya keluarga mayat menyediakan makanan untuk hidangan kepada mereka yang datang berta’ziah pada hari wafatnya atau hari-hari berikutnya, dengan maksud bersedekah untuk mayat tersebut? Apakah keluarga memperoleh pahala sedekah tersebut?
JAWAB :

Menyediakan makanan pada hari wafat atau hari ketiga atau hari ketujuh itu hukumnya MAKRUH, apabila harus dengan cara berkumpul bersama-sama dan pada hari-hari tertentu, sedang hukum makruh tersebut tidak menghilangkan pahala itu.


Kutipan-kutipan tempoe doloe :

Dari majalah al-Mawa’idz yang diterbitkan oleh NU pada tahun 30-an, menyitir pernyataan Imam al-Khara’ithy yang dilansir oleh kitab al-Aqrimany disebutkan: “al-Khara’ithy mendapat keterangan dari Hilal bin Hibban r.a, beliau berkata: ‘Penghidangan makanan oleh keluarga mayit merupakan bagian dari perbuatan orang-orang jahiliyah’. kebiasaan tersebut oleh masyarakat sekarang sudah dianggap sunnah, dan meninggalkannya berarti bid’ah, maka telah terbalik suatu urusan dan telah berubah suatu kebiasaan’. (al-Aqrimany dalam al-Mawa’idz; Pangrodjong Nahdlatoel ‘Oelama Tasikmalaya, Th. 1933, No. 18, hal.286).

Dan para ulama berkata: “Tidak pantas orang Islam mengikuti kebiasaan orang Kafir, oleh karena itu setiap orang seharusnya melarang keluarganya dari menghadiri acara semacam itu”. (al-Aqrimany hal 315 dalam al-Mawa’idz; Pangrodjong Nahdlatoel Oelama Tasikmalaya, Th. 1933, No. 18, hal.285)

Ibn Abbas r.a berkata: “Tidak akan datang suatu zaman kepada manusia, kecuali pada zaman itu semua orang mematikan sunnah dan menghidupkan bid’ah, hingga matilah sunnah dan hiduplah bid’ah. tidak akan ada orang yang berusaha mengamalkan sunnah dan mengingkari bid’ah, kecuali orang tersebut diberi kemudahan oleh Allah di dalam menghadapi segala kecaman manusia yang diakibatkan karena perbuatannya yang tidak sesuai dengan keinginan mereka serta karena ia berusaha melarang mereka melakukan apa yang sudah dibiasakan oleh mereka, dan barangsiapa yang melakukan hal tersebut, maka Allah akan membalasnya dengan berlipat kebaikan di alam Akhirat”.(al- Aqriman y hal 315 dalam al-Mawa’idz; Pangrodjong Nahdlatoel ‘Oelama Tasikmalaya, Th. 1933, No. 18, hal.286)

Sehingga disimpulkan oleh Majalah al-Mawa’idz bahwa mengadakan perjamuan di rumah keluarga mayit berarti telah melanggar tiga hal:

1. Membebani keluarga mayit, walaupun tidak meminta untuk menyuguhkan makanan, namun apabila sudah menjadi kebiasaan, maka keluarga mayit akan menjadi malu apabila tidak menyuguhkan makanan.

2. Merepotkan keluarga mayit, sudah kehilangan anggota keluarga yang dicintai, ditambah pula bebannya.

3. Bertolak belakang dengan hadits. Menurut hadits, justeru kita (tetangga) yang harus mengirimkan makanan kepada keluarga mayit yang sedang berduka cita, bukan sebaliknya. (al-Mawa’idz; Pangrodjong Nahdlatoel ‘Oelama Tasikmalaya, hal 200)
 Melalui kutipan-kutipan tersebut, diketahuilah bahwa sebenarnya yang menghukumi bid’ah munkarah itu ternyata ulama-ulama Ahl as-Sunnah wa al- Jamaah, bukan hanya (majalah) Attobib, al-moemin, al-Mawa’idz. tidak tau siapa yang menghukumi sunat, apakah Ahl as-Sunnah wa al-Jamaah atau bukan (hal 286). Dan dapat dipahami dari dalil-dalil terdahulu, bahwa hukum dari menghidangkan makanan oleh keluarga mayit adalah bid’ah yang dimakruhkan dengan makruh tahrim (makruh yang identik dengan haram). Demikian dikarenakan hukum dari niyahah adalah haram, dan apa yang dihubungkan dengan haram, maka hukumnya adalah haram”. (al-Aqrimany hal 315 dalam al- Mawa’idz; Pangrodjong Nahdlatoel ‘Oelama Tasikmalaya, Th. 1933, No. 18, hal.286)


nu-1926 : "Lantas disebut apa Aswaja sekarang ??? Aswaja tulen atau Aswaja ~ Asal waton saja ?"

Waallahu a'lam bishowab

Bukti Dalil Selamatan Kematian


INILAH DALIL SELAMATAN KEMATIAN TERNYATA BANYAK DALIL TENTANG SELAMATAN KEMATIAN, DALILNYA TERTULIS DI KITAB WEDHA.

Ternyata Selamatan, Yasinan dan Tahlilan ternyata bukan dari islam, tapi dari ajaran agama hindu

#LEBIH 200 DALIL DARI KITAB WEDHA (KITAB SUCI UMAT HINDU) TENTANG SELAMATAN 1,7,40,100 hari,nyewu, dll.

Oleh : ROMO PINANDHITA SULINGGIH WINARNO, 
(sarjana agama hindu(s1) & pendeta berkasta brahmana, kasta brahmana adalah kasta/tingkatan tertinggi pada umat hindu).


Alhamdulillah yang sekarang beliau Romo Pinandhita Sulinggih Winarno menjadi Mualaf/masuk Islam lalu beliau mengubah namanya menjadi Abdul Aziz, sekarang beliau tinggal di Blitar-Jawa Timur.

Dulu beliau tinggal di Bali bersama keluarganya yang hindu, Beliau hampir dibunuh karena ingin masuk islam, beliau sering di ludahi mukanya karena ingin beragama islam & alhamdulillah ayahnya sebelum meninggal beliau juga memeluk agama islam. Abdul aziz berharap seluruh kaum muslimin membantu mempublikasikan,menyebarkan materi dibawah ini.
Jazakumullahu khoiran katsira.

Kesaksian mantan pendeta hindu: 
Abdul Aziz bersumpah atas asma Allah bahwa selamatan, ketupat, tingkepan, & sebahagian budaya jawa lainnya adalah keyakinan umat hindu dan beliau menyatakan tidak kurang dari 200 dalil dari kitab wedha (kitab suci umat hindu) yang menjelaskan tentang keharusan selamatan bagi pemeluk umat hindu, demikian akan saya uraikan fakta dengan jelas dan ilmiyah dibawah ini :
 
1. Di dalam prosesi menuju alam nirwana menghadap ida sang yang widhi wasa mencapai alam moksa, diperintahkan untuk selamatan/kirim do’a pada 1 harinya, 2 harinya, 7 harinya, 40 harinya, 100 harinya, mendak pisan, mendak pindho, nyewu (1000 harinya).
Pertanyaan ????? apakah anda orang islam juga melakukan itu ?????
ketahuilah bahwa TIDAK AKAN PERNAH ANDA TEMUKAN DALIL DARI AL-QUR’AN & AS-SUNNAH/hadits shahih TENTANG PERINTAH MELAKUKAN SELAMATAN, bahkan hadits yang dhoif (lemah) pun tidak akan anda temukan ,akan tetapi kenyataan dan fakta membuktikan bahwa anda akan menemukan dalil/dasar selamatan,dkk,justru ada dalam kitab suci umat hindu,
COBA ANDA BACA SENDIRI DALIL DARI KITAB WEDHA (kitab suci umat hindu) DIBAWAH INI:

a. Anda buka kitab SAMAWEDHA halaman 373 ayat pertama, kurang lebih bunyinya dalam bahasa SANSEKERTA sebagai berikut: PRATYASMAHI BIBISATHE KUWI KWIWEWIBISHIBAHRA ARAM GAYAMAYA JENGI PETRISADA DWENENARA.
ANDA BELUM PUAS, BELUM YAKIN, ???

b. Anda buka lagi KITAB SAMAWEDHA SAMHITA BUKU SATU,BAGIAN SATU,HALAMAN 20. Bunyinya : PURWACIKA PRATAKA PRATAKA PRAMOREDYA RSI BARAWAJAH MEDANTITISUDI PURMURTI TAYURWANTARA MAWAEDA DEWATA AGNI CANDRA GAYATRI AYATNYA AGNA AYAHI WITHAIGRANO HAMYADITAHI LILTASTASI BARNESI AGNE.
 
Di paparkan dengan jelas pada ayat wedha diatas bahwa lakukanlah pengorbanan pada orang tuamu dan lakukanlah kirim do’a pada orang tuamu dihari pertama, ke tiga, ke tujuh, empat puluh, seratus, mendak pisan, mendhak pindho, nyewu(1000 harinya).
Dan dalil-dalil dari wedha selengkapnya silahkan anda bisa baca di dalam buku karya Abdul aziz (mantan pendeta hindu) berjudul “mualaf menggugat selamatan”, di paparkan TIDAK KURANG DARI 200 DALIL DARI “WEDHA” kitab suci umat hindu semua.
JIKA ANDA BELUM YAKIN, MASIH NGEYEL,,, ?

c. Silahkan anda Buka dan baca kitab MAHANARAYANA UPANISAD.

d. Baca juga buku dengan judul ,“NILAI-NILAI HINDU DALAM BUDAYA JAWA”, karya Prof.Dr. Ida Bedande Adi Suripto (BELIAU ADALAH DUTA DARI AGAMA HINDU UNTUK NEGARA NEPAL, INDIA, VATIKAN, ROMA, & BELIAU MENJABAT SEBAGAI SEKRETARIS PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA).
Beliau menyatakan SELAMATAN SURTANAH, GEBLAK, HARI PERTAMA, KE TIGA, KE TUJUH, KE SERATUS, MENDHAK PISAN, MENDHAK PINDHO, NYEWU (1000 harinya) ADALAH IBADAH UMAT HINDU dan beliau menyatakan pula NILAI-NILAI HINDU SANGAT KUAT MEMPENGARUHI BUDAYA JAWA,
=ADI SURIPTO DENGAN BANGGA MENYATAKAN UMAT HINDU JUMLAH PENGANUTNYA MINORITAS AKAN TETAPI AJARANNYA BANYAK DI AMALKAN MASYARAKAT , yang maksudnya sejak masih dalam kandungan ibu-pun sebagian masyarakat melakukan ritual TELONAN (selamatan bayi pada hari ke 105 (tiap telon 35 hari x 3 =105 hari sejak hari kelahiran )), TINGKEPAN (selamatan untuk janin berusia 7 bulan)=

e. Baca majalah “media hindu” tentang filosofis upacara NYEWU (ritual selamatan pada 1000 harinya sejak meninggal). Dan budaya jawa hanya tinggal sejarah bila orang jawa keluar dari agama hindu.

f. Jika anda kurang yakin, Masih ngeyel dan ingin membuktikan sendiri anda bisa meneliti kitab wedha datang saja ke DINAS KEBUDAYAAN BALI, mereka siap membantu anda. atau Telephon Nyi Ketut Suratni : o857 3880 7015 (dia beragama Hindu tinggal di Bali, wawasanya tentang hindu cukup luas dia bekerja sebagai pemandu wisata ).

g. APA DASAR YANG LAIN DIDALAM HINDU ??? :
 
# RUKUN IMAN HINDU (PANCA SRADA) yang harus diyakini umat hindu
1. Percaya adanya sang hyang widhi.
2. Percaya adanya roh leluhur.
3. Percaya adanya karmapala.
4. Percaya adanya smskra manitis.
5. Percaya adanya moksa.
 
# PANCA SRADA punya rukun, yaitu:
• PANCA YAJNA (artinya 5 macam selamatan).
1. Selamatan DEWA YAJNA (selamatan yang ditujukan pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau biasa dikenal orang dalam istilah dengan,” memetri bapa kuasa ibu pertiwi “).
2. Selamatan PRITRA YAJNA (selamatan yang DI TUJUKAN PADA LELUHUR).
3. Selamatan RSI YAJNA (selamatan yang ditujukan pada guru atau kirim do’a yang ditujukan pada Guru, biasanya di punden/­ndanyangan ). Kalau di kota di namakan dengan nama lain yaitu “SELAMATAN KHAUL” memperingati kiyainya/gurunya &semisalnya , yang meninggal dunia.
4. Selamatan MANUSIA YAJNA (selamatan yang ditujukan pada hari kelahiran atau dikota disebut “ULANG TAHUN” ).
5. Selamatan BUTA YAJNA (selamatan yang ditujukan pada hari kebaikan ), misalnya kita ambil contoh biasanya pada beberapa masyarakat islam (jawa) melakukan selamatan hari kebaikan pada awal bulan ramadhan yang disebut “selamatan MEGENGAN”.
Fenomena diatas tidak diragukan lagi karena pengaruh agama hindu/budaya jawa/nenekmoyang .
Allah berfirman: “ dan apabila dikatakan kepada mereka ,”ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab ,”(tidak) kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami(melakukan-nya).”padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun, dan tidak mendapat petunjuk.(QS.Al-Baqarah,170).
“mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka”(QS.An-Najm,23).
Dan Allah juga berfirman: dan apabila dikatakan pada mereka,”mari lah (mengikuti) apa yang diturunkan Allah dan (mengikuti) Rasul.”mereka menjawab,”cukuplah bagi kami apa yang kami dapati nenek moyang kami (mengerjakannya) .”apakah (mereka akan mengikuti)juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk ? (QS.Al-Maidah,104)

# AKIBAT YANG TIDAK DI SELAMATI DALAM KEYAKINAN HINDU, yaitu:
Pertanyaan ?
orang tua kalau tidak diselamati apa rohnya gentayangan?
Buka dalilnya DIKITAB SUCI UMAT HINDU dikitab SIWASASANA HALAMAN 46-47 CETAKAN TAHUN 1979. Bagi yang tidak mau selamatan mereka di peralina hidup kembali dalam dunia bisa berwujud menjadi hewan atau bersemayam di dalam pohon, makanya kalau anda ke Bali banyak pohon yang dikasih kain-kain dan sajen-sajen itu, karena mereka meyakini roh nya ada dalam pohon itu, dan bersemayam dalam benda-benda bertuah misal keris dan jimat, di hari sukra umanis (jum’at legi) keris atau jimat di beri bunga&sajen-sajen.
DEWA ASURA akan marah besar jika orang tidak mau melakukan selamatan maka dewa asura akan mendatangkan bala/bencana & membunuh manusia yang ada di dunia.
DEWA ASURA atau dikenal dalam masyarakat dengan nama BETHARAKALA , anak ontang anting harus diruwat(ritual dengan selamatan&sajen) karena takut betharakala , sendhang kapit pancuran(anak wanita diantara kedua saudara kandung anak laki-laki) diruwat karena takut betharakala, rabi ngalor ngulon merga rawani karo betharakala (nikah tidak boleh karena rumahnya menghadap utara&barat, karena takut celaka ).

# AKIBAT YANG DI SELAMATI DALAM KEYAKINAN HINDU, yaitu:
Dalam keyakinan hindu bagi yang mau selamatan maka mereka langsung punya tiket ke surga.
 
2. NASI TUMPENG
Konsep dalam agama hindu : dalam kitab MANAWA DHARMA SASTRA WEDHA SMRTI ,BAGI ORANG YANG BERKASTA SUDRA(KASTA YANG RENDAH) YANG TIDAK BISA MEMBACA KALIMAT PERSAKSIAN :
HOM SUWASTIASU HOM AWI KNAMASTU EKAM EVA ADITYAM BRAHMAN ,BAGI YANG TIDAK BISA MENGUCAPKAN KALIMAT DALAM BAHASA SANSEKERTA DIATAS SEBAGAI PENGGANTINYA MAKA MEREKA CUKUP MEMBIKIN TUMPENG, BENTUKNYA ADALAH SEGITIGA, SEGITIGA YANG DIMAKSUT ADALAH TRIMURTI (SHIVA, VISHNU, BRAHMA=>BRAHMAN) ARTINYA TIGA MANIFESTASI IDA SANG HYANG WIDHI WASA , UMAT HINDU MENGATAKAN BARANGSIAPA YANG MEMBIKIN TUMPENG MAKA DIA SUDAH BERAGAMA HINDU.
Dikitab BAGHAWAGHITA di jelaskan TUHAN nya orang hindu lagi minum dan ditengahnya ada tumpeng, dan di depan dewa brahma ada sajen-sajen
 
3. Pemberangkatan mayat diwajibkan dipamitkan di depan rumah lalu beberapa sanak keluarga akan lewat di bawah tandu mayat (tradisi brobosan), karena umat hindu meyakini brobosan sebagai wujud bakti pada orang tua dan salam pada dewa, dalam hindu mayat di tandu lalu diatasnya diberi payung, pemberangkatan mayat menggunakan sebar/sawur bunga, uanglogam, beraskuning,dll, lalu bunga di ronce(dirangkai dengan benang )lalu di taruh/dikalungkan di atas beranda mayat. Hindu meyakini :
a. Bunga warna putih mempunyai kekuatan dewa brahma.
b. Bunga warna merah mempunyai kekuatan dewa wisnu.
c. Bunga warna kuning mempunyai kekuatan dewa siwa.
Umat hindu berkeyakinan bunga itu berfungsi sebagai pendorong do’a (muspha/trisandya)&pewangi.

4. KETUPAT
Didalam hindu roh anak menjelang hari raya pulang kerumah, sebagai penghormatan orang tua kepada anak, maka biasanya hindu setelah hari raya di pasang kupat diatas pintu dan di bagi-bagikan tetangga.
Pertanyaan ? apakah anda tahu dasarnya setelah hariraya idulfitri ada hari raya kupatan/ketupat ? apa dasarnya? DEMI ALLAH tidak ada satu dalilpun perintah Allah dari Al-Qur’an dan As-sunnah tentang perbuatan tersebut diatas.
sungguh Allah berfirman: “mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka”(QS.An-NAJM:23).
“ dan apabila dikatakan kepada mereka ,”ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab ,”(tidak) kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami(melakukan-­nya).”padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun, dan tidak mendapat petunjuk.(QS.Al-Baqarah:170)

# KESIMPULAN
TRADISI-TRADISI SALAH YANG MEMBUDAYA : tradisi keliru dan telah membudaya pada masyarakat kita yang kita sebutkan diatas, bukan untuk diikuti akan tetapi untuk dijauhi. Bahwa setidaknya ada dua alasan mereka melakukan tradisi-tradisi tersebut :
1. Mereka berpedoman dengan hadits palsu;
2. Sebagian dari mereka hanya sekedar ikut-ikutan (mengekor) terhadap tradisi yang berjalan disuatu tempat.
Mereka akan mengatakan bahwa ini adalah keyakinan para pendahulu dan nenek moyang mereka !
Saudaraku sekalian, argumentasi”apa kata orang tua”, bukan lah jawaban ilmiyah dari seorang muslim yang mencari kebenaran. Apalagi masalah ini menyangkut baik buruknya aqidah seseorang. Maka, permasalahan ini harus didudukkan dengan timbangan AL-QUR’AN AS-SUNNAH AS SHAHIHAH.
Sikap mengekor kepada pendahulu dan nenek moyang dengan tanpa memperdulikan dalil-dalil syar’i merupakan perbuatan yang keliru, karena sikap tersebut menyerupai orang-orang quraysy, ketika diseru oleh Rasulullah untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Apa jawab mereka ? silahkan anda baca al-qur’an surat az-zuhruf ayat 22 & asy-syu’ara ayat 74.
“bahkan mereka berkata,’sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu agama (bukan agama yang engkau bawa)dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan mengikuti jejak mereka”(Qs.az Zuhruf,22).
Jawaban seperti ini serupa dengan apa yang dikatakan kaum Nabi Ibrahim, ketika mereka diajak meninggalkan peribadatan kepada selain Allah. Mereka mengatakan,” kami dapati bapak-bapak kami berbuat demikian(yakni beribadah kepada berhala).”(QS.Asy Syu’ara,74).

# PENUTUP
Demikian wahai saudaraku persaksian yang dapat saya sampaikan. mari janganlah mencampur adukkan ajaran hindu dengan ajaran islam. misalnya jika anda tidak berani mendakwahi atau menyampaikan pada saudara kita sebahagian umat islam yang masih melakukan selamatan dan sebagainya adalah dari Hindu bukan ajaran islam.

misal Jika anda merasa malu, gak enak (ewuh pakewuh) menyampaikan atau mendakwahi kepada saudara kita muslim yang masih melakukan selamatan dan sebagainya atau malu gara-gara kita menegakkan Al-Qur’an & As-Sunnah , anda keliru besar.
Ingat janji-Nya, Allah berfirman: sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka-,,,,(QS.At-Taubah,111).
 
Marilah masing-masing kita selalu berbenah dan memperbaiki diri. Semoga Allah memberikan hidayah dan taufiq-Nya kepada kita dan seluruh kaum muslimin. Aamiin.


Wallahu a’lam.
Oleh : Abdul Aziz.

Komentar nu-1926 :
Sekarang bagaimana dengan anda sendiri,  masih tetap melestarikan selamatan kematian ? Dengan alasan ini kan tradisi di masyarakat yang sangat baik ?? 
Kalau anda mengikuti ulama yang mengatakan tradisi harus dilestarikan sepanjang itu "baik" agar  terjadi "kedamaian" maka itu pilihan nurani anda sendiri.

Seputar Awal Ramadhan dan Hari Raya

Seorang ulama terkenal di negeri Antabaranta menyampaikan pendapatnya di publik seputar awal Ramadhan dan hari raya, yang intinya begini :

" Umat Islam yang menggunakan rukyatul hilal adalah baik.
Umat Islam yang menggunakan hisab (wujudul hilal ) adalah baik.
Tetapi yang menggunakan rukyatul hilal lebih baik karena ada hadistnya "

Ada apa dibalik peristiwa seputar ramadhan dan hari raya tersebut, sehingga berulang kali timbul persoalan-persoalan yang itu-itu saja.  Adakah "sesuatu" yang diperebutkan untuk dinikmati sehingga dibutuhkan sidang isbat. Setiap kali sidang isbat hasilnya sudah bisa diperkirakan.

Mengapa persoalan itu seolah tidak ada jika menyangkut penentuan waktu sholat yang kalau dilihat dari urgensinya "lebih penting waktu sholat". 

Apakah mereka yang menggunakan rukyatul hilal masih menggunakan cara yang dipakai pada jaman Nabi atau sahabat atau menggunakan  "suatu alat untuk melihat posisi matahari biasanya di depan masjid tempoe doloe" (saya lupa namanya) atau alat yang lebih modern. Mengapa sekarang malah menggunakan jam yang masih belum ada pada jaman nabi dan tidak ada hadistnya. Mengapa mereka menggunakan jam yang jelas-jelas metodenya menggunakan hisab (bukan hisap). Mengapa mereka tidak mengatakan "tidak sah" menggunakan jam untuk menentukan waktu masuk sholat, karena tidak ada hadistnya dan tidak dicontohkan. 

Kalau misalnya awal bulan menurut hisab hari ini (maghrib) masih dibawah satu derajat bukankah besoknya bulan sudah sangat kelihatan (lebih dari 13 derajat). Karena peredaran bulan dan peredaran bumi selisihnya sekitar 13 derajat. Ini kalau kita lihat dengan kasat mata. Dan ini lebih jelas lagi saat bulan purnama tanggal 15. Apakah mungkin bulan purnama jatuh tanggal 16 atau tanggal 14.

Maka disinilah inti persoalannya. Bahwa peredaran matahari dan bulan dan benda-benda langit adalah teratur setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun dan seterusnya. Peredaran matahari teratur menentukan waktu sholat. Peredaran bulan teratur menetukan awal bulan. Siang tidak akan mendahului malam demikian juga malam tidak akan mendahului siang. Semuanya tunduk dan patuh atas perintah Allah swt. Bayangkan, saat malam hari tiba-tiba langit berubah terang terik seperti siang hari. Apakah manusia tidak berpikir ??? Jadi tinggal manusia-manusianya yang mau berpikir, bisakah mereka beramar ma'ruf untuk mencari titik temu seputar awal ramadhan dan hari raya ini.

Kembali kepada logika seorang ulama terkenal di atas. Umat Islam seluruh Antabaranta insya Allah juga akan mengatakan begini :
"Umat Islam yang haji menggunakan unta adalah baik.
Umat Islam yang haji menggunakan pesawat terbang adalah baik.
Tetapi yang menggunakan unta lebih baik karena ada hadistnya "

Mengapa mereka tidak menggunakan unta kalau ini yang lebih baik dan ada dalil hadistnya. Apakah anda berani mengatakan bahwa jamaah haji yang menggunakan pesawat terbang adalah kurang baik atau kurang sah atau kurang dalil apalagi mengatakan kurang afdhol karena menggunakan pesawat terbang buatan orang kafir.

Wallahu a'lam bishowab


Buku Putih Kyai NU


                                      Oleh Kyai Afrokhi Abdul Ghoni
 Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Rohmatullah
Mantan A'wan Syuriah MWC NU Kandangan Kediri

"Buku ini saya susun sebagai wujud penyesalan dan pertaubatan atas kekeliruan ibadah dan amaliah yang saya lakukan, sekaligus merupakan permohonan maaf saya terhadap warga Nahdlotul Ulama (NU) dimanapun berada yang merasa saya sesatkan dalam kesyirikan dan kebid'ahan. "

"Sungguh, sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah Sunnah Nabi saw. Sementara itu sejelek-jelek amal (dalam urusan agama) adalah perbuatan yang diada-adakan, setiap yang diada-adakan (dalam urusan agama) adalah bid'ah, setiap bid'ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan adalah tempatnya di neraka, Amma Ba'du."

"Kitab ini saya tulis dengan harapan : 

Pertama, semua orang Islam mau memperbaiki amalan-amalan ibadahnya, terutama ziarah ngalap berkah. Sudah benarkah ziarah yang dicampur dengan ngalap berkah, wasilah, isti'anah, istighosah, safa'ah dan lain sebainya ?

Kedua, semua orang Islam tidak menjadi fanatik/ta'ashub pada hawa nafsu kita dan terselamatkan dari i'tiqdad (kepercayaan) nenek moyang (Hindu) yang sesat dan menyesatkan.

Terakhir dari saya sebagai harapan, bila kurang lengkap, lengkapi hujjah-hujjahnya untuk memperkuatnya, bila keliru luruskan hujjah-hujjahnya dengan dalil yang lebih kuat, jangan memfitnah apalagi ngompori (B.Jawa) atau memprovokasi massa awam yang tidak tahu-menahu persoalannya dan biasanya main gruduk dan serbu. "

Komentar :
Mari sekarang kita membuka mata dan hati untuk kembali ke jalan yang lurus dan berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunnah Rosulullah saw. Yang akan mengeluarkan kita dari kegelapan menuju cahaya kebenaran.

Wallahu a'lam bishshowab

Kyai Kanjeng (Kerancuan Dakwah)

Kerancuan dakwah MH. Ainun Najib dengan Kyai Kanjengnya




Emha Ainun Najib dan Kyai Kanjengnya



Kyai Kanjeng berpentas di Finlandia

Oleh Budi Nurastowo Bintriman 
                        (Kader Muhammadiyah, Alumni Pondok Pesantren Hajjah Nuriyah Shabran, UMS angkatan 86)
Acara penutupan lomba MTQ tingkat kabupaten Bantul, DIY tanggal 23 Oktober 2013 yang dilaksanakan di kecamatan Bambanglipuro diisi oleh Emha Ainun Najib (Cak Nun) bersama Kiai kanjeng. Ada beberapa hal yang kemudian menarik untuk diulas, selain dalam acara itu diundang Romo dari gereja setempat untuk bernyanyi bersama, hal yang disampaikan Cak Nun dalam “dakwahnya” itu penuh dengan kerancuan.
Disela-sela bernyanyi Cak Nun menyampaikan pemahamannya terhadap Islam kepada khalayak yang memenuhi lapangan Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, DIY itu. Berikut beberapa hal yang kemudian menjadi catatan penulis.
Pertama, MH. Ainun Najib (Emha) melontarkan pernyataan : “Ada sekelompok wong Islam yang sukanya mbidngahke (membid’ahkan) kelompok lain, sithik-sithik bidngah, sithik-sithik bidngah (sedikit-sedikit membid’ahkan)”. Emha mengambil contoh, “bar shalat salaman we bidngah (setelah salat salaman saja dikatai bid’ah), nyanyi lagu gereja bidngah”, dengan nada sinis, cemoohan, dan nyinyir.

Tanggapan: Konsep bid’ah satu paket dengan konsep sunnah, sebagaimana halnya konsep tauhid dengan konsep syirik.  Konsep sunnah digunakan untuk memurnikan ajaran-ajaran Islam. Sedang konsep bid’ah digunakan untuk mengkomplementasi konsep sunnah itu sendiri. Jika Emha menginginkan  ajaran-ajaran Islam ini tetap terjaga kemurniannya, maka tak sepantasnya ia melontarkan pernyataan begitu. Kalaupun ia berbeda pendapat dalam hal konsep bid’ah-sunnah, tak sepantasnya ia melontarkan pernyataan demikian itu di hadapan khalayak yang masih sangat awam agama.
Kedua, Emha  melontarkan pernyataan : Iki mesti malaikat bingung melihat kita, ada romo, ada wong tattoan, ada perempuan ra kudungan, dst… (pluralitas)”. (Ini pasti malaikat bingung melihat kita, ada Romo, ada orang tatoan, ada perempuan tidak menutup aurat, dst)

Tanggapan: Jika tuduhan bingung itu menyasar kepada manusia, maka ia benar adanya, karena manusia diciptakan dengan nafsu. Tetapi jika tuduhan bingung itu menyasar kepada malaikat, maka ia salah besar. Justru satu-satunya makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang paling akurat kerjanya hanyalah malaikat, karena ia diciptakan memang untuk itu.

Ketiga, Emha melontarkan pernyataan : “Mulo dadi wong Islam ki ojo fanatik ! Oleh karena bisanya cuma nyalah-nyalahke orang lain”. (Maka jadi orang Islam jangan fanatik! Oleh karena bisanya Cuma menyalahkan orang lain)

Tanggapan: Konsep / kata fanatik sebenarnya masih mengandung pengertian netral. Yang mengandung pengertian negatif adalah kata fanatisme. Maka secara bahasa, fanatik bisa dipahami sebagai kesatuan antara aspek qalbu, aspek lisan, dan aspek amal (ma huwal iman ?). Dengan demikian, kita justru dituntut untuk   fanatik dalam segala hal (tidak hanya dalam masalah agama). Ada kejumbuhan antara apa yang diyakini, dengan apa yang katakan, dengan apa yang diperbuat. Fanatik dan kegemaran menyalah-nyalahkan orang lain, adalah dua hal yang saling berbeda.
Keempat, Emha menganjurkan tolong-menolong dalam hal ibadah (Mungkin, contohnya BANSER turut mengamankan perayaan Natal atau kegiatan suronan 11 November di kota Gede, Yogya yang digagas bersama GP Ansor yang di situ awal akan menghadirkan Solawatan dari gereja, dan Kidung Hindu).

Tanggapan : Di sini Emha tampak ahistoris, naif, dan menyimpang dari arus besar ahlus-sunnah wal-jama’ah. Apakah Emha telah buta dan tuli, (terhadap) betapa liciknya pihak nasrani terhadap kita, bahkan terhadap konsensus kebangsaan kita ? Apakah Emha (dengan Kyai Kanjengnya) kini hidup di ruang hampa, tanpa konteks, tanpa noktah-noktah sejarah ? Apakah Emha sudah lupa dengan wanti-wanti dari Allah, bahwa hati kaum nasrani ada niat terjahat terhadap kita. Mereka hendak memalingkan kita dari nikmat terbesar ini (Islam). Renungkan, (sekali lagi) renungkan, firman Allah Ta’ala.
Wahai Muhammad, kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah senang kepadamu sampai kamu mengikuti agama mereka. Wahai Muhammad katakanlah “Sungguh Islam itu agama Allah yang sebenarnya.” Sekiranya kamu mengikuti agama Yahudi dan Nasrani padahal telah datang kepadamu perintah mengikuti Islam, niscaya tidak ada orang yang dapat menolong kamu dari siksa Allah di akhirat.” (QS. Al-Baqarah ayat 120), dan
“Wahai Muhammad, katakanlah kepada kaum kafir. “Wahai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah tuhan yang kalian sembah, kalianpun tidak menyembah tuhan yang aku sembah, aku tidak akan mau menyembah dengan cara-cara kalian menyembah tuhan kalian, dan kalianpun tidak menyembah tuhan kalian dengan cara-cara aku menyembah tuhanku, untuk kalian agama syirik kalian dan untukku agama tauhidku.”   (QS. Al-Kafirun ayat 1- 6).

Kelima, Emha dengan bangga menceritakan kehadirannya memenuhi undangan pihak Vatikan. Bahkan di sana, ia (dengan Kyai Kanjengnya) diijinkan tampil, meski suasana duka atas matinya Paus masih sangat terasa.

Tanggapan : Pihak Vatikan mengundang Emha (dengan Kyai Kanjengya) karena bisa memetik keuntungan. Tidak mungkin, pihak Vatikan akan mengundang pihak lain yang akan merugikan mereka. Ini sebenarnya telah menjadi gejala psikologis yang sudah sangat umum. Keuntungan apa yang bisa dipetik oleh pihak Vatikan ? Keuntungan mendesakralisasi (pendangkalan) ajaran-ajaran Islam lewat orang-orang Islam sendiri semacam Emha (dan Kyai Kanjengnya). Pada giliran berikutnya, oleh karena umat Islam telah lemah fikrah dan ghayahnya, maka kristenisasi akan relatif lebih mudah di laksanakan.
Keenam, Emha sedikit membahas tentang nama-nama jalan sebelah selatan Tugu Jogja hingga Kraton. Aslinya ada jalan Margo Utomo, jalan Margo Mulyo, jalan Malioboro, dan Pangurakan. Filosofinya, terdapat fase-fase (predikat) utomo, (predikat) mulyo, aplikasi menjadi wali yang fantasyiru fil ard (mengembara), dan fase hakikat (sak urak-urakane dengan out put karimah). Filosofi ini sesuai betul dengan nilai-nilai Islam. Di fase inilah Emha bermaqam.

Tanggapan: Saya tidak akan menyangkal atas klaim Emha itu. Silahkan saja, ia menginginkan klaim yang lebih tinggi dari fase pangurakan sekalipun, silahkan. Yang jadi masalah adalah, akhirnya ia juga terjebak pada gejala (klaim)  ”membenarkan diri-sendiri”. Buktinya, ia (terkadang) menampilkan sikap-sikap  murakannya, sebagai bukti bahwa ia dengan Kyai Kanjengnya telah sampai di maqam pangurakan, di mana sak urak-urakane selalu ber out-put kebaikan. Bisa jadi, sebagai implikasinya, ia menempatkan pihak lain di maqam yang masih rendah. 

Ketujuh, Emha melontarkan pernyataan / pilihan kepada audiens : “Sampean pilih dadi wong ra shalat ning apikan atau pilih dadi wong shalat ning jahat ?”.(kalian memilih jadi orang yang tidak salat tapi kelakuan baik atau memilih salat tapi kelakuan buru?) Hingga ada seorang ibu yang protes dan memilih salat plus kelakuan baik, yang kemudian dikatai Emha “gragas” (rakus).

Tanggapan : Peristiwa ini mengingatkan saya pada guru sekolah PKI tahun 60-an. Guru memerintahkan murid untuk minta permen kepada Tuhan. Dalam waktu yang lumayan lama, tidak ada satu murid pun yang mendapatkan permen. Lantas Guru memerintahkan murid untuk minta permen kepada Pak Guru. Dalam sekejap, murid-murid mendapatkan permen. Sang Guru bertanya kepada murid, “Tuhan sama guru kalian lebih berkuasa yang mana ?”.  Artinya, para murid dikacaukan nalarnya terlebih dahulu, sebelum mencekokkan ajaran-ajaran komunis.
Ini sama dengan yang terjadi pada pertanyaan Emha kepada audiens. Ia mengacaukan nalar para audiens terlebih dahulu, sebelum mencekokkan pemikiran-pemikiran Emha. Jika Emha bernalar sehat, semestinya pertanyaan itu (setidaknya) ada empat pilihan : 
(1) Ada orang tidak shalat berperilaku baik 
(2) Ada orang shalat berperilaku jahat 
(3) Ada orang tidak shalat berperilaku jahat 
(4) Ada orang shalat berperilaku baik. 
Ini jauh lebih variatif, lebih faktual, lebih obyektif, lebih fair, lebih edukatif, dan tulus bertanya untuk kepentingan dakwah. Shalat dan kebaikan adalah satu kesatuan konsep yang tak terpisahkan. Lebih dari itu, shalat adalah amal pembeda antara kita yang muslim (akan ke surga), dengan mereka yang kafir / tidak shalat (akan ke neraka).

 Wallahu a’lam bishshawwab(arrahmah.com)

Tanggapan :
Jalan tauhid dan jalan syirik sangatlah tipis. Inikah yang dikatakan seni yang islami ?  Paham pluralisme disusupkan dengan "dalih kerukunan umat beragama"... Mari kita berlindung dari fitnah-fitnah dunia ini.

Wallahu a'lam bishowab

Tahlilan Bid'ah


Inilah salah satu amalan agama yang dikatakan dari amalan yang dicontohkan dan diperintahkan Nabi. Pernahkan upacara agama ini pada saat keluarga Nabi atau sahabat-sahabat beliau meninggal acara tahlilan ini digelar ? 

Apakah mereka tidak menghormatinya, sehingga mereka menguburnya bak seekor kucing ? Pantaskan orang jaman sekarang mengaku sebagai Ahlus Sunnah sedang perilakunya sangat jauh dari Ahlus Sunnah. Pantaskah orang jaman sekarang mengaku Ahlus Sunnah tapi mengatakan amalan ini sebagai Sunnah Nabi.

Sungguh akan keluar berjuta dalil dari bermacam kitab untuk melegalkan acara semacam ini dari mereka yang mengklaim sebagai Sarjana-sarjana Alam ghoib dari kuburuan-kuburan yang katanya mengandung barokah. 


Wallahu a'lam

Tahlilan dan Selamatan menurut madzhab Syafi'i


Dimulai dengan definisi tahlilan yang banyak dilakukan oleh mereka yang mengaku bermadzab Syafi'i dan sebagai "Ahlus Sunah", buku ini menjelaskan secara gamblang disertai dasar dalilnya.

Disamping madzab Syafi'i sendiri menyatakan tahlilan atau acara mengirim pahala bacaan kepada mayit/roh adalah tidak dapat sampai kepada mayit yang dikirimi, di Al Qur'an surah An Najm ayat 39 pun menjelaskan bahwa manusia tidak memperoleh pahala kecuali dari hasil amal usahanya sendiri.

Lalu mereka mengikuti madzab siapa ?  Yang menghukumi "sunah" atas amalan tahlilan ini ?.  Atau jangan-jangan sudah ada madzab baru yang membolehkannya, dengan kata lain "Lebih baik berhujah dengan hadist maudhu'  daripada berhujah kepada perkataan bapakmu".

Wallahu a'lam

Santri NU menggugat tahlilan


Buku ini membahas dengan jelas masalah tahlil/tahlilan mulai prevalensi perjamuan tahlilan, tahlilan menurut perspektif ulama dan analisa.

Prevalensi perjamuan tahlilan adalah penjelmaan selama ratusan tahun tentang upacara peringatan hari kematian. Untuk menghormati atau menghargai, serta mendoakan orang yang telah meninggal dunia para penyembah Tuhan "Yang" biasa menyelenggarakan upacara peringatan kematian dengan tata urutan waktu sehari, 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari. Dan juga sekarang berkembang menjadi alasan agar tidak di katai sebagai "mengubur seekor kucing".

Mengenai prevalensi perjamuan tahlilan ini para ulama salaf dan ulama kotemporer dengan tegas telah menolak, mungkin hanya ulama-ulama "aswaja" yang menjustifikasi dengan "sunnah". Apakah di masa Nabi,  Khulafah al Rasyidin dan para sahabat sudah ada perjamuan tahlilan ini ?  Kalau tidak ada, lantas sunnah dan tuntunan siapa ya kira-kira ?


Wallahu a'lam


Sarkub


Anda tentunya sudah sering mendengar istilah sarkub. Menurut situsnya sarkub adalah singkatan dari sarjana kuburan (makam) dan segala sesuatu (amalan ) yang berhubungan dengan makam-makam. Termasuk semua aksesorisnya.

Mengusung motto "Santun Berdakwa Sejuk Beribadah", sarkub dengan gencar menyuarakan kebolehan (sunnah) ibadah dan ritual yang berbau ghoib di sekitar makam-makam. Tentu saja sarkub juga mengklaim diri sebagai "Ahlus Sunnah Wal Jama'ah", dimana "ulama-ulama" di dalamnya dengan lantang membela sebagai amalan yang dianjurkan. 

Fatwa-fatwanya di kawal oleh tim densus99, sarkubiyah dan tim investigasi. Sayang dalam prakteknya tim ini bertolak belakang dengan motto yang tertulis. Bahkan sering mengarah ke "psywar" dan ghazwul fikri . Untuk itu anda harap berhati-hati dan sebarkan blog ini , silahkan di copy paste (copas) sebanyak-banyaknya agar anda tidak tersesat  dan menyesal.

Inilah salah satu buktinya :



Untuk lebih tahu asal-usul sarkub, silahkan baca disini

Wallahu a'lam.


Tahlilan


Tahlilan dan Tahlil adalah dua kata yang sering menimbulkan perdebatan panjang yang tidak berujung. Tahlilan sendiri adalah sebuah kata bentukan dari kata "tahlil". Tetapi tidak sedikit orang menyebut tahlil untuk melakukan kegiatan tahlilan. Karena tahlil sendiri berarti bacaan dan kalimat toyibah untuk mengesakan Allah SWT.

Jadi definisi tahlilan sendiri harus disepakati dahulu, agar tidak terjadi persepsi ganda. Dan inti konteks tahlilan dan tahlil harus dibedakan. Tahlilan adalah amalan yang dilakukan dengan mengumpulkan orang untuk membaca surat-surat tertentu dari Al Qur'an (Yasin) atau bacaan-bacaan dalam buku (kitab Yasin dan Tahlil) lalu di lanjutka do'a bersama-sama dan makan makanan istimewa pada saat ada orang meninggal (1 sampai 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun atau 1000 hari). Istimewa karena hampir sangat jarang atau tidak pernah, orang yang meninggal yang dibacakan tahlil sewaktu hidupnya menikmati hidangan ayam, kambing bahkan sapi yang dihidangkan oleh keluarga sendiri.

Harus kita ingat konteks kata tahlilan, bukan dialihkan ke konteks lain seperti "sodaqoh" karena memberi makanan kepada orang-orang yang datang/hadir. Nabi Muhammad SAW memang memerintahkan memberi makan kepada fakir miskin, yatim piatu dan bersodaqoh. Atau konteks lain seperti "tahlil" karena membaca dan melantukan dzikir dan kalimat-kalimat toyibah. Lebih parah lagi pengalihan kepada konteks "birrul walidain" ???. Yakni berbuat baik kepada kedua orang tua (ketika telah meninggal saja ?). Dan lebih menyesatkan lagi birrul walidain dengan mengadakan tahlilan dan aqiqoh ???. Acara terakhir ini yang sedang "trend" saat ini.

Apakah di daerah anda juga demikian ?. Na'udzubillah tsuma na'udzubilah. Inilah model-model ibadah dan ritual yang dilakukan oleh orang-orang yang mengklaim dirinya "Ahlus Sunnah Wal Jama'ah", sangat kreatif melebihi apa yang dilakukan oleh Uswatun Hasanah Nabi Muhammad SAW.


Wallahu a'lam.

Silahkan di copy paste (copas) dan sebarkan agar anda tidak ikut tersesat ke jalan yang gelap.

Wahabi

Sebuah kata yang sering di gunakan oleh sebagian besar golongan tertentu yang mengaku dan mengklaim sebagai golongan "Ahlus Sunnah Wal Jama'ah" dan paling "Suuunnnih" untuk menjustifikasi orang lain sebagai "islam garis keras"  ( kenapa garis keras ? tidak garis lurus ???).
"Garis keras" yang dimaksud kemungkinan besar, sekeras batu kalee??? antonim yang betul mungkin "garis lembeeekkk", seperti benang kecelup air, tidak bisa tegak berdiri (menegakkan kalimatullah).

Sering kita jumpai di berbagai tulisan, kalau ada Ulama Anu tidak tahlilan, maka dengan automatis tertulis "Anu Wahabi" atau lebih halus "Anu (Wahabi)", atau lebih tendensius tertulis "Anu Wahabi garis keras", dan lebih heboh lagi ada tambahan "Jangan dekat dekat dengan virus Wahabi itu".

Wahabi sebagai suatu "kosa kata baru"  yang muncul dan timbul setelah ada "gesekan", akibat dari dakwah yang disampaikan oleh ulama-ulama yang ingin mengembalikan amalan-amalan yang sesuai nash Al Qur'an dan Hadist.

Wahabi sendiri mungkin diambil dari nama ulama Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab At Tamimi Al Najdi (1115-1206H/1701-1793M) yang pernah menjabat mufti Saudi Arabiyah. Sedang nama Al Wahhab adalah salah satu sifat Allah yang memiliki arti Maha Pemberi Karunia.

Jadi kalau kita telaah lebih jauh lagi, nama wahabi sebenarnya sebuah sebutan yang sangat rancu, tidak jelas, dan sangat mengada-ada. Kalaulah benar seperti itu, dosa apa orang tua Muhammad bin Abdul Wahhab sehingga namanya menjadi nisbat yang berkonotasi "jelek" akibat putranya. Atau kalaulah Al Wahhab (Maha Pemberi Karunia) yang sebenarnya dipakai, beruntunglah anda semua sebagai wahabi, hamba dari Al Wahhab, yang telah berpindah dari garis bengkok ke garis yang lurus sesuai Al Qur'an dan Hadist. Bukan jalan keras seperi aspal, makadam. (jw: jalan yang terbuat dari susunan batu-batu besar, sebesar kepala manusia).

Benarkah dalam ibadah dan amalan agama kita harus kreatif ? Asal Nabi Muhammad SAW tidak pernah melarang ya sah-sah saja bahkan mendapat ganjaran dan pahala. Benarkah ?  Temukan jawabannya di sini.

Wallahu a'lam bishowab.

Taqiyah

Taqiyah antara Ahlus Sunnah dan Syi'ah.

Inilah 15 ciri pengikut Syi'ah di Indonesia

Taqiyah adalah kondisi luar seseorang dengan yang ada didalam batinnya tidaklah sama. 

Ahlus Sunnah : Taqiyah digunakan untuk menghindarkan diri dari musuh-musuh Islam alias orang kafir atau ketika perang maupun kondisi yang sangat membahayakan orang Islam.

Agama Syi'ah : Taqiyah wajib dilakukan kepada orang selain Syi'ah, seperti Al Qur'an Syi'ah adalah sama dengan Al Qur'an Ahlus Sunnah, berpura-pura mengakui pemerintahan Islam selain Syi'ah dll. 

Menurut Ali Muhammad Ash Shalabi, Taqiyah dalam agama Syi'ah ada empat unsur pokok ajaran :
1. Menampilkan hal yang berbeda dari apa yang ada dalam hatinya.
2. Taqiyah digunakan dalam berinteraksi dengan lawan-lawan Syi'ah
3. Taqiyah berhubungan dengan perkara agama atau keyakinan yang dianut lawan-lawan Syi'ah.
4. Digunakan di saat berada dalam kondisi mencemaskan.

Apakah anda termasuk sasaran Agama Syi'ah ini dan perhatikan dengan seksama apakah ada salah satu anggota keluarga anda dalam foto di atas ? Bisakah anda menghitung dan memperkirakan jumlah pengikut agama ini 15 tahun yang akan datang ?


Wallahu a'lam.




Source:http://www.arrahmah.com/kajian-islam/inilah-15-ciri-pengikut-syiah-di-indonesia.html

Said Agil Siradj dan Syi'ah


"Said Aqil Siradj" : "Fatwa NU : Syiah bukan aliran sesat"

Itulah salah satu pernyataan seorang "Said Aqil Siradj" disamping pernyataan-pernyataan lain yang tidak kalah kontroversial.

Benarkah pernyatan beliau bahwa NU juga menyatakan demikian ? Atau memang NU ~ Syiah ? ( ~ mirip-mirip) .


Inilah pandangan  Pendiri Nahdhatul Ulama Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari (1292-1366H, 1875-1947M) tentang Syi'ah tercantum dalam karangan beliau Risalah Ahlis Sunnah Wal Jama'ah.
 "Termasuk dalam katagori gerakan baru yang 

muncul di pulau Jawa adalah sekte Syi’ah Rafidloh, yakni 

golongan yang mencela sahabat Abu Bakar al – Shiddiq 

dan Sayyidina Umar Bin Khattab RA, golongan ini juga 

membenci para sabahat RA, dan berlebih-lebihan dalam 

mencintai dan fanatik terhadap Sayyidina Ali RA dan Ahli 

bait. Sayyid Muhammad Di dalam syarah Al – Qomus al – 

Munith berkata : sebagian dari mereka telah beridentitas 

sebagai kafir Zindiq, mudah-mudahan Allah menjaga kita 

dan kaum Muslimin semuanya."


Juga pernyataan beberapa Pengurus NU :



Tabarruk


Ngalap barokah yang dicontohkan dalam  "Buku Pintar Berdebat Dengan Wahabi" diantaranya :
1. Air hujan yang turun melewati saluran air di atas ka'bah.
2. Berziarah ke makam para wali (agar lebih jelas : yang sudah meninggal dunia).

Yang lebih ironis lagi dalam buku  "Tabarruk Ceraplah Berkah dari Nabi dan Orang Saleh" karangan Prof.Shobah Ali Al-Bayati, yang konon seorang cendekiawan muslim Irak. Di dalam buku tersebut diantaranya menjelaskan : 
"kebolehan mencium makam/kuburan untuk tujuan tabarruk" (halaman 133).
  
Itulah diantara kesesatan baru, yang tiap hari bertambah dan bertambah. Bertambah bentuk kesesatan, bertambah pengikut kebathilan, bertambah pendukung kebathilan, bertambah pembela kebathilan. Bid'ah dikatakan sunnah para Nabi dan tuntunan Al Qur'an.

Inilah Ngalap barokah yang diyakini sebagian banyak orang sebagai "tuntunan islam" ( padahal  tuntunan jahiliyah ).



Sekarang coba anda beri nasehat untuk mereka, jawaban yang akan keluar akan seperti ini : "Kami hanya meminta kepada Allah saja, tidak kepada penghuni makam ini. Apa anda selama ini belum pernah mendengar bahwa ulama-ulama kami telah mendapat wangsit dari sana kalau amalan yang kami lakukan ini sudah mendapat sertifikasi dan legitimasi sunnah. Bahkan suatu saat bisa wajib, karena mereka adalah sarjana-sarjana dan pakar ahli tempat seperti ini. Kalau anda tidak percaya silahkan anda mati dulu nanti saya SMS dari dunia sini. ". Ini sesuai dengan Al Qur'an Surah 39. Az Zumar : 3 







Wallahu a'lam